Minggu, 28 Februari 2010

puisi "Perpisahan"

Izinkan aku menatapmu melukiskan wajahmu
Pada lembar kenanganku yang sempat terhapus
Biarkanlah hari ini menjadi hari yang paling inginkan
Di saat-saat terakhir bagi kita izinkanlah ku lambaikan tangan
Sebagai salam perpisahan meski aku tahu..
Jemariku tak akan pernah mampu memelukmu
Takkan pernah mampu merengkuhmu
Namun… biarkanlah hari ini yang akan mengajariku arti ketabahan
Ku rela melepasmu ku rela berpisah darimu
Cintamu yang tak pernah berpihak padaku
T’lah ku lepah di persimpangan jalan menuju masa depanku…

puisis "sahabat"

Sahabat kau bagian hidupku kau juga penerang bagiku di saat ku gundah kau ada di sampingku
Alangkah senang bila kau ada di dekat ku tiada sahabat yang seperti mu
Sahabat yang menerima ku apa adanya di saat suka maupun duka
Di saat merasakan indahnya dunia tanpamu hidupku tersa hampa
Tak berarti apa-apa bila jau tak di sampingku
Menemani ku selama hidupku terima kasihku hanya untukmu
Yang setia selalu bersamaku kaulah sahabat sejatiku
Seumur hidupku selalu..

Cerpen "Vampir"

Malam merayap perlahan. Bulan diselimuti awan hitam. Sedikit cahaya yang terpantul ke Bumi. Angin menerbangkan daun-daun kering. Dingin merambati permukaan kulit. Dinda melirik arloji di pergelangan tangannya 22.30 WIB hamper tengah malam. Sepi sekali malam ini. Sudah seminggu ini Dinda mengikuti kelas malam. Dia ingin mengejar ketinggalannya. Ada dua mata kuliah yang harus diulang, kalau semester ini mau lulus atau dia harus mengulangnya pada semester berikutnya. Dinda mulai memikirkan hal-hal yang menyeramkan. Apalagi kalau ingat dengan cerita teman-teman siang tadi.
Bulu-bulu harus disekujur tubuhnya meremang,mengingat cerita tentang Vampir yang sering berkeliaran di tengah malam untuk mencari setetes darah segar. Padahal, tadi siang Dinda jadi satu-satunya orang yang paling gak percaya dengan gossip yang lagi santer beredar di lingkungan kampusnya. Dia jd menyesal sudah menolak tawaran Pak Heri dosen akuntansinya yang menawarkan jasa untuk mengantarnya pulang ke rumah.
“ Vampir adanya kan di Eropa sama di Negara Cina. Jadi gak masuk akal kalau dia berkeliaran di Jakarta. Kalau pocong baru percaya!” kata Dinda ngotot tak percaya. “Emang ada aturannya yang melarang vampire berkeliaran di Jakarta?” Fia gak mau kalah. “Bener lho Din! Dua malam yang lalu waktu pulang dari mall aku dikuntit sama cowok bertampang indo. Cowok itu mengenakan jubah hitam persis yang dipakai para vampire.” Nina menceritakan pengalamannya.
“Ala…paling-paling cuma cowo yang pengen ngajak kenalan.” “Tampangnya ganteng gak sih?” Fia tersenyum genit. “Tampangnya sih keren. Beda-beda tipis sama Tom Cruise.” “Kenapa gak kamu sosor saja Nin?” “Boro-boro nyosor Fi,ngeliat mukanya yang pucat dan tatapannya yang mengerikan aku langsung ambil jurus langkah seribu.alias kabur?” “Dia gak ngikutin lagi?” Tanya Dinda. Nina menggelengkan kepala. “Mungkin dia tau kalau darah kamu pahit…,” ledek Dinda dan disusul tawa riuh teman-temannya.
“Rese kalian moga-moga saja nanti malam kalian didatengin sama vampire,” doa Nina. “Aku gak bakalan takut! Kalau vampire itu sampai nyatronin aku,bakalan aku ajakin kencan,” kata Dinda penuh kesombongan. “Jangan takabur Non! Fia mengingatkan. Tapi kenyataannya, malam ini Dinda termakan oleh kesombongannya sendiri untuk mengusir rasa takut, Dinda memasang walkman keras-keras. Dia berjalan seirama dengan hentak music rock. Mulutnya komat kamit melantunkan lirik lagu. Dengan begitu dia bias sedikit mengabaikan rasa takutnya. Lupa kalau dia sedang berjalan seorang diri di kegelapan menuju halte bus yang lumayan jauh.
Lagu yang dia dengarkan hamper selesai. Di jeda antara lagu berikutnya, telinga Dinda menangkap suara teriakan. Dinda melepaskan headphone. Memasang telinga tajam. Pandangannya berkeliling tak ada siapa pun. Mungkin hanya akumulasi dari perasaan takutnya. Dinda melanjutkan langkahnya. Matanya menyebar pandangan sekeliling, waspada. Baru beberapa langkah berjalan, dia mendengar suara itu lagi. Kali ini tanpa earphone menyumpal lubang telinganya. Dia yakin sekali, itu suara seorang wanita yang teriakan minta tolong. Dinda berhenti sejenak, mengamati sekitar. Teriakan itu semakin jelas terdengar. Tak jauh dari tempat itu. Matanya terbuka lebar, telinganya tegak. Teriakan minta tolong terus mengikutinya.
Persimpangan jalan sudah terlihat. Dia memutuskan untuk berlari lebih cepat lagi. Teriakan itu semakinkeras terdengar. Ketika sampai di persimpangan jalan, Dinda berbelok ke kanan menuju halte bus yang hanya beberapa meter saja. Tapi langkahnya segera terhenti, ketika matanya dipaksa untuk melihat pemandangan di seberang jalan yang membuat tubuhnya kaku. Jerit tertahan di tenggorokannya. Dua sosok manusia berdiri di seberang jalan. Tepat dibawah sorot lampu jalanan. Perempuan itu meronta-ronta berusaha melepaskan diri dari dekapan lelaki berjubah hitam. Si perempuan menjerit hebat lalu lelaki bertampang indo melepaskannya. Membiarkan tubuhnya meluncur deras ke aspal jalanan. Dinda melihat jelas darah dari leher perempuan itu. Dia segera tahu apa yang baru saja berlangsung di depannya. Dia hanya bisa berdiri memandang ketakutan. Nalurinya mengajak untuk segera berlari. Tapi kakinya tak mau di gerakkan.
Perasaan takut membuatnya sulit untuk bergerak. Lelaki bertampang indo yang mengenakan jubah hitam, menatap dinda. Matanya merah menyala, mulutnya penuh dengan darah. Dinda tak dapat beranjak dari tempatnya berdiri. Tatapan jahat lelaki itu seperti menguncinya. Dia mulai menangis ketakutan. Apalagi ketika lelaki berjubah hitam mulai melangkah ke arahnya, menyeringai. Mempertontonkan taring-taringnya yang runcing. Toloooongngg!!! Dinda menjerit histeris. Persis jeritan yang dia dengar tadi.
Jeritan wanita yang kini tergeletak kaku di atas aspal jalana. Kelumpuhannya lepas ketika dia mendengar klakson kendaraan, sebuah motor berhenti di depannya. Lho kamu belum pulang Din? Tanya pengendara yang tak lain adalah Pak Heri dosen akuntansinya. Dinda langsung melompat keboncengan. “Cepetan jalan, Pak??? Tanpa banyak Tanya, Pak Heri langsung tancap gas. Motor tua keluaran tahun 65 miliknya, ngacir meninggalkan kepulan asap yang tebal. Dinda menoleh kebelakang. Pria berjubah hitam sudah tidak ada disana.
Penasaran, dia menoleh lagi untuk memastikan. Tak ada siapapun kecuali seorang wanita tergeletak bersimpah darah di sekitar lehernya. “Ada apa Din? Kau seperti sedang di kejar hantu,” Pak Heri bertanya, tanpa menolehkan kepalanya. “Bapak tidak melihat lelaki berjubah hiatam tadi?!” “Saya gak melihat siapapun, kecuali kamu.” “Vampir, pak….” Nafasnya tersengal,”saya melihatnya menghisap darah seorang wanita!”
“Vampir?” “Iya… vampire!” pak dosen menghentikan motornya. Kenapa berhenti pak? Pak Heri menoleh kebelakang Dinda. Mentap Dinda tajam. Wajahnya pucat. Matanya merah menyala. Taringnya meruncing. “Vampiiir..!!!” lalu menit berikutnya, seperti seeokor singa yang lapar, dia menghujamkan taring-taringnya yang runcing ke leher Dinda. “Aaaaaaakkhhh….!!!” Dinda membuka mata, melihat sekeliling ruang, menyakinkan kejadian tadi hanya berlangsung di alam mimpinya.
Nafasnya masinh terengah-engah. Keringat bercucuran di sekujur tubuhnya. Dia masih berada di ruang kelasnya. Sepi, tak sepotong tubuh pun yang tinggal di sana. Semua teman-temannya sudah pulang. Rupanya Dinda tertidur di kelas. Uh kenapa gak di bangunin sih? Dinda membenahi bukunya. Menyelempangkan tas di pundak, melangkah keluar ruang kuliah. Berdiri di ambang pintu, menengok kekanan dan kekiri. Benar-benar sepi. Tak dilihatnya sepotong tubuh melintas. Dia baru saja hendak membalikkan tubuh, meninggalkan tempat itu, ketika tiba-tiba…bruk! Dia menabrak seseorang.
“M-maaf…” pemuda bertampang indo itu tersenyum. Seperti… Dinda teringat dengan mimpi yang baru saja dia alami. Buru-buru dia memungut buku yang terserak di lantai. Gegas langkah kaki dia ayun. Beberapa langkah kemudian dia menoleh. Pemuda bertampang indo itu melambaikan tangan ke arahnya,memanggilnya hiiyyyy… dinda makin mempercepat langkahnya. Tapi pemuda itu masih terus membuntuti. Aduh, gimana nih? Dinda berlari, secepat yang dia mampu. Baying-bayang mimpi tentang vampire yang baru dia alami, membuat keringat membutir di wajahnya. Pada sebuah belokan Dinda berhasil melepaskan diri dari kuntitan pemuda itu. Aneh…ke mana tukang ojek yang biasa mangkal di depan fakultasnya? Dinda tak melihat satu motor pun yang terparkir di sana. Uh…kemana sih tukang ojek itu?
Dinda mengambil ponsel dari dalam tasnya. Memilih menu phonebook. Nama Nina muncul di display HPnya. Cepat dia menghubungi HP Nina. Suara mesin operator yang menyapa. Nina memang jarang mengaktifkan ponselnya di malam hari. Aha, Fia! Anak itu hamper tak pernah menonaktifkan ponselnya. Dinda segera menghubungi nomor sahabatnya itu. “Alhamdulillah..” tersambung! “Ada apa Din?” “Duh gawat nih, Fi! Aku dikuntit!” “Sama siapa?” “Vampir!”
“Hahaha… jangan becanda gitu deh. Bukannya kamu yang aku denger,gak percaya sama gossip tentang vampire yang suka berkeliaran di kampus kita pada saat malam hari?” “Ya, belum tentu vampire juga sih…kamu bias jemput aku gak?” “Ogah ah, aku udah mau tidur.” “Yah tega amat kamu Fi…” “Bodo ah! Makanya jadi orang jangan suka takabur!” “Tapi Fi…” “Tuuuuttttt…!!! “Maaf tegur seseorang dari arah belakang. Dinda menoleh. Pemuda indo itu sudah berdiri di hadapannya. Mata Dinda membeliak lebar. Ponselnya terjatuh. Dia membeku di tempatnya berdiri, seolah terpaku pada bumi. Dia tak mampu melangkahkan kakinya.
“Jangan mas vampire… darah saya pahit. Jangan dihisap…”mohon Dinda. Pemuda itu mengerutkan keningnya. Heran melihat tingkah gadih di depanya. “Kamu kenapa?” “Ampun mas vampire..saya belum mau mati…” mendengar ucapan Dinda, tubuh pemuda itu berguncang, tertawa kegelian. Dinda menjadi kebingungan. “Kok malah ketaw a sih?” protesnya, seolah lupa pada rasa takut yang baru saja dialami. “Buku,”kata pemuda itu, “buku yang kamu bawa itu punya aku.” “Hah???” Dinda melihat buku ditangannya.”Ups.. jadi kamu bukan vampire ya?” Tanya Dinda polos.
“Huahahahha…”pemuda itu kembali tertawa, setelah menerima bukunya dari tangan Dinda, sebelum melangkah meninggalkan gadis itu sendiri. “Hei tunggu!” Dinda mengejar pemuda itu. “Kenapa?” “Kamu belum jawab pertanyaan saya.” Pemuda itu tidak menjawab. Hanya tertawa. Dinda menggaruk-garuk kepalanya yang tak gatal. “Hei tunggu!” Dinda mengejar pemuda itu.

tugas "penalaran"

Penalaran
adalah proses berpikir yang bertolak dari pengamatan indera (observasi empirik) yang menghasilkan sejumlah konsep dan pengertian. Berdasarkan pengamatan yang sejenis juga akan terbentuk suatu proposisi – proposisi yang sejenis, berdasarkan sejumlah proposisi yang diketahui atau dianggap benar, orang menyimpulkan sebuah proposisi baru yang sebelumnya tidak diketahui. Proses inilah yang disebut menalar.
Dalam penalaran, proposisi yang dijadikan dasar penyimpulan disebut dengan premis (antesedens) dan hasil kesimpulannya disebut dengan konklusi (consequence). Untuk memperoleh pengetahuan ilmiah dapat digunakan dua jenis penalaran, yaitu Penalaran Deduktif dan Penalaran Induktif.

Penalaran Deduktif
adalah suatu penalaran yang berpangkal pada suatu peristiwa umum, yang kebenarannya telah diketahui atau diyakini, dan berakhir pada suatu kesimpulan atau pengetahuan baru yang bersifat lebih khusus. Metode ini diawali dari pebentukan teori, hipotesis, definisi operasional, instrumen dan operasionalisasi. Dengan kata lain, untuk memahami suatu gejala terlebih dahulu harus memiliki konsep dan teori tentang gejala tersebut dan selanjutnya dilakukan penelitian di lapangan. Dengan demikian konteks penalaran deduktif tersebut, konsep dan teori merupakan kata kunci untuk memahami suatu gejala.

Contoh : yaitu sebuah sistem generalisasi.
Laptop adalah barang eletronik dan membutuhkan daya listrik untuk beroperasi,
DVD Player adalah barang elektronik dan membutuhkan daya listrik untuk beroperasi,
Generalisasi : semua barang elektronik membutuhkan daya listrik untuk beroperasi.

Penalaran deduktif adalah salah satu dari dua bentuk dasar penalaran yang valid.Sementara berpendapat penalaran induktif dari yang khusus ke yang umum, penalaran deduktif berpendapat dari umum ke contoh yang spesifik.Ide dasarnya adalah bahwa jika sesuatu itu benar dari kelas hal secara umum, kebenaran ini berlaku untuk semua anggota sah kelas. Kuncinya, kemudian, adalah untuk dapat benar mengidentifikasi anggota kelas.Miscategorizing akan menghasilkan kesimpulan yang tidak valid.
Contoh penalaran deduktif mungkin baik halus dan menghemat waktu. Sebagai contoh, Hati-hati itu tawon: mungkin menyengat. Didasarkan pada logika bahwa tawon sebagai kelas memiliki sengatan sehingga setiap individu tawon akan memiliki alat penyengat.Kesimpulan ini membebaskan dalam bahwa kita tidak perlu memeriksa setiap tawon kita pernah bertemu untuk memastikan apa hal itu mungkin karena karakteristik.Karena validitas penalaran deduktif, kita dapat membuat asumsi yang bersifat berguna dan efisien.

Salah satu yang paling umum dan bentuk berguna penalaran deduktif adalah silogisme.Silogisme adalah suatu bentuk spesifik dari argumen yang memiliki tiga langkah mudah.
1. Setiap X memiliki karakteristik Y.
2. Hal ini X.
3. Oleh karena itu, hal ini memiliki karakteristik Y.

Mari kita lihat apa yang setiap langkah dalam proses penalaran deduktif berarti.
1. Langkah pertama yang pasti nama properti dari X, apa pun X adalah.
Contoh:
Setiap segitiga memiliki tiga sisi.
Katak adalah amfibi.
Standar pertandingan bisbol liga utama memiliki 9 babak.
2. Langkah kedua menyatakan bahwa barang tertentu / orang cocok ke dalam kategori yang telah disusun.
Contoh:
Angka aku menggambar adalah sebuah segitiga.
The coqui adalah asli katak Puerto Riko.
Itu adalah standar ballgame liga utama.

3. Langkah ketiga berlaku penalaran deduktif, menghubungkan kebenaran umum dinyatakan dalam langkah 1 untuk kasus khusus yang disebutkan dalam langkah kedua.
Contoh:
Segitiga ini aku menggambar memiliki tiga sisi.
The coqui adalah amfibi.
Bahwa ballgame telah 9 babak.
Jenis penalaran deduksi yang menarik kesimpulan secara tidak langsung yaitu:

a. Silogisme Kategorial : Silogisme yang terjadi dari tiga proposisi.
Premis umum : Premis Mayor (My)
Premis khusus :Premis Minor (Mn)
Premis simpulan : Premis Kesimpulan (K)

Dalam simpulan terdapat subjek dan predikat. Subjek simpulan disebut term mayor, dan predikat simpulan disebut term minor.
Aturan umum dalam silogisme kategorial sebagai berikut:
1) Silogisme harus terdiri atas tiga term yaitu : term mayor, term minor, term penengah.
2) Silogisme terdiri atas tiga proposisi yaitu premis mayor, premis minor, dan kesimpulan.
3) Dua premis yang negatif tidak dapat menghasilkan simpulan.
4) Bila salah satu premisnya negatif, simpulan pasti negatif.
5) Dari premis yang positif, akan dihasilkan simpulan yang positif.
6) Dari dua premis yang khusus tidak dapat ditarik satu simpulan.
7) Bila premisnya khusus, simpulan akan bersifat khusus.
8) Dari premis mayor khusus dan premis minor negatif tidak dapat ditarik satu simpulan.
Contoh :
Ø My : Semua mahasiswa adalah lulusan SLTA
Mn : Bayu adalah mahasiswa
K : Bayu lulusan SLTA
Ø My : Tidak ada manusia yang kekal
Mn : Socrates adalah manusia
K : Socrates tidak kekal
Ø My : Semua mahasiswa memiliki ijazah SLTA.
Mn : Aris tidak memiliki ijazah SLTA
K : Aris bukan mahasiswa
b. Silogisme Hipotesis: Silogisme yang terdiri atas premis mayor yang
berproposisi konditional hipotesis.
Konditional hipotesis yaitu : bila premis minornya membenarkan anteseden, simpulannya membenarkan konsekuen. Bila minornya menolak anteseden, simpulannya juga menolak konsekuen.
Contoh :
o My : Jika tidak ada air, manusia akan kehausan.
Mn : Air tidak ada.
K : Jadi, Manusia akan kehausan.
o My : Jika tidak ada udara, makhluk hidup akan mati.
Mn : Makhluk hidup itu mati.
K : Makhluk hidup itu tidak mendapat udara.

c. Silogisme Alternatif : Silogisme yang terdiri atas premis mayor
berupa proposisi alternative
Proposisi alternatif yaitu bila premis minornya membenarkan salah satu alternatifnya. Simpulannya akan menolak alternatif yang lain.
Contoh :
o My : Nenek Sumi berada di Bandung atau Bogor .
Mn : Nenek Sumi berada di Bandung .
K : Jadi, Nenek Sumi tidak berada di Bogor .
o My : Nenek Sumi berada di Bandung atau Bogor .
Mn : Nenek Sumi tidak berada di Bogor .
K : Jadi, Nenek Sumi berada di Bandung .
d. Entimen : Silogisme ini jarang ditemukan dalam kehidupan sehari- hari, baik dalam tulisan maupun lisan. Yang dikemukakan hanya premis minor dan simpulan.
Contoh :
1) Dia menerima hadiah pertama karena dia telah menang dalam sayembara itu.
2) Anda telah memenangkan sayembara ini, karena itu Anda berhak menerima hadiahnya.

Sabtu, 27 Februari 2010

cerita bersambung "malam kelabu"

PANDANGI LANGIT MALAM

PERHATIKAN BINTANG

COBA RENUNGI AKU

KAU KAN TEMUKAN BAYANG WAJAH KU

BILA KAU RINDUKAN AKU…………………..

Lagu itu mengalir deras di telinga dua insan yang sedang asyik memandangi bintang yang berkelip-kelip indah

“ku harap aku bisa menjadi bintang-bintangmu saat malam hari tiba”ucap vina lirih.

“aku yakin kamu akan menjadi bintang-bintang itu”jawab yogi penuh dengan keyakinan sembari menunjuk bintang yang paling terang.”vin……”panggil yogi vina menoleh kearah suara itu”suatu saat nanti kita akan bersama seperti malam ini,menikmati indahnya bintang-bintang yang menerangi malam-malam gelap kita”ujar yogi.dengan mesrahnya yogi mencium kening vina,vina menyandarkan kepalanya di pundak yogi.”yog, andai saja kamu tahu apa yang ada di dalam lubuk hatiku……”harap vina dalam hati.

“yog, aku harap kamu tidak akan melupakan aku kalau……..”ucapan vina terpotong ketika yogi melayangkan jari telunjuknya di bibir vina”aku pasti akan mengenang masa-masa seperti sekarang ini”sambung yogi.

cerpen "Peradilan Rakyat "

Cerpen Putu Wijaya
Seorang pengacara muda yang cemerlang mengunjungi ayahnya, seorang pengacara senior yang sangat dihormati oleh para penegak hukum.

"Tapi aku datang tidak sebagai putramu," kata pengacara muda itu, "aku datang ke mari sebagai seorang pengacara muda yang ingin menegakkan keadilan di negeri yang sedang kacau ini."

Pengacara tua yang bercambang dan jenggot memutih itu, tidak terkejut. Ia menatap putranya dari kursi rodanya, lalu menjawab dengan suara yang tenang dan agung.

"Apa yang ingin kamu tentang, anak muda?"
Pengacara muda tertegun. "Ayahanda bertanya kepadaku?"
"Ya, kepada kamu, bukan sebagai putraku, tetapi kamu sebagai ujung
tombak pencarian keadilan di negeri yang sedang dicabik-cabik korupsi ini."
Pengacara muda itu tersenyum.
"Baik, kalau begitu, Anda mengerti maksudku."

"Tentu saja. Aku juga pernah muda seperti kamu. Dan aku juga berani, kalau perlu kurang ajar. Aku pisahkan antara urusan keluarga dan kepentingan pribadi dengan perjuangan penegakan keadilan. Tidak seperti para pengacara sekarang yang kebanyakan berdagang. Bahkan tidak seperti para elit dan cendekiawan yang cemerlang ketika masih di luar kekuasaan, namun menjadi lebih buas dan keji ketika memperoleh kesempatan untuk menginjak-injak keadilan dan kebenaran yang dulu diberhalakannya. Kamu pasti tidak terlalu jauh dari keadaanku waktu masih muda. Kamu sudah membaca riwayat hidupku yang belum lama ini ditulis di sebuah kampus di luar negeri bukan? Mereka menyebutku Singa Lapar. Aku memang tidak pernah berhenti memburu pencuri-pencuri keadilan yang bersarang di lembaga-lembaga tinggi dan gedung-gedung bertingkat. Merekalah yang sudah membuat kejahatan menjadi budaya di negeri ini. Kamu bisa banyak belajar dari buku itu."

Pengacara muda itu tersenyum. Ia mengangkat dagunya, mencoba memandang pejuang keadilan yang kini seperti macan ompong itu, meskipun sisa-sisa keperkasaannya masih terasa.

"Aku tidak datang untuk menentang atau memuji Anda. Anda dengan seluruh sejarah Anda memang terlalu besar untuk dibicarakan. Meskipun bukan bebas dari kritik. Aku punya sederetan koreksi terhadap kebijakan-kebijakan yang sudah Anda lakukan. Dan aku terlalu kecil untuk menentang bahkan juga terlalu tak pantas untuk memujimu. Anda sudah tidak memerlukan cercaan atau pujian lagi. Karena kau bukan hanya penegak keadilan yang bersih, kau yang selalu berhasil dan sempurna, tetapi kau juga adalah keadilan itu sendiri."

Puisi "Aku dan Tulisanku"

Adakah orang akan bertanya akan aku ketika aku
tak pernah menulis satu kata?
Adakah orang akan mencari namaku ketika aku
tak pernah meninggalkan kesan?
tulisanku adalah diriku, diriku mustahil adalah tulisanku
jari-jariku bekerja dengan otakku
tapi tidak dengan diriku
diriku adalah kumpulan prilaku potensi dosa
diriku adalah susunan tulang daging darah
yang mungkin telah menyerap barang haram
diriku bukan milikku, lingkunganku telah mengklaimnya
Adakah orang pernah menerima aku berbeda dengan tulisanku?
Berjayalah kalimat-kalimat yang kutulis
sebab mereka mendapat teman dan musuh yang menghormati
ingin aku memasukkan diriku ke dalam tulisanku
harap aku bisa mendapat sapaan hormat yang sama
Tulisanku adalah produksi otakku yang bersahaja
tak dapat bercengkrama dengan prilakuku yang
diproduksi oleh niatku yang subjektif
tulisanku memberi tahu tentang aku ke dunia
sementara aku tak pernah berbuat yang sama
kepada tulisanku....