Penalaran
adalah proses berpikir yang bertolak dari pengamatan indera (observasi empirik) yang menghasilkan sejumlah konsep dan pengertian. Berdasarkan pengamatan yang sejenis juga akan terbentuk suatu proposisi – proposisi yang sejenis, berdasarkan sejumlah proposisi yang diketahui atau dianggap benar, orang menyimpulkan sebuah proposisi baru yang sebelumnya tidak diketahui. Proses inilah yang disebut menalar.
Dalam penalaran, proposisi yang dijadikan dasar penyimpulan disebut dengan premis (antesedens) dan hasil kesimpulannya disebut dengan konklusi (consequence). Untuk memperoleh pengetahuan ilmiah dapat digunakan dua jenis penalaran, yaitu Penalaran Deduktif dan Penalaran Induktif.
Penalaran Deduktif
adalah suatu penalaran yang berpangkal pada suatu peristiwa umum, yang kebenarannya telah diketahui atau diyakini, dan berakhir pada suatu kesimpulan atau pengetahuan baru yang bersifat lebih khusus. Metode ini diawali dari pebentukan teori, hipotesis, definisi operasional, instrumen dan operasionalisasi. Dengan kata lain, untuk memahami suatu gejala terlebih dahulu harus memiliki konsep dan teori tentang gejala tersebut dan selanjutnya dilakukan penelitian di lapangan. Dengan demikian konteks penalaran deduktif tersebut, konsep dan teori merupakan kata kunci untuk memahami suatu gejala.
Contoh : yaitu sebuah sistem generalisasi.
Laptop adalah barang eletronik dan membutuhkan daya listrik untuk beroperasi,
DVD Player adalah barang elektronik dan membutuhkan daya listrik untuk beroperasi,
Generalisasi : semua barang elektronik membutuhkan daya listrik untuk beroperasi.
Penalaran deduktif adalah salah satu dari dua bentuk dasar penalaran yang valid.Sementara berpendapat penalaran induktif dari yang khusus ke yang umum, penalaran deduktif berpendapat dari umum ke contoh yang spesifik.Ide dasarnya adalah bahwa jika sesuatu itu benar dari kelas hal secara umum, kebenaran ini berlaku untuk semua anggota sah kelas. Kuncinya, kemudian, adalah untuk dapat benar mengidentifikasi anggota kelas.Miscategorizing akan menghasilkan kesimpulan yang tidak valid.
Contoh penalaran deduktif mungkin baik halus dan menghemat waktu. Sebagai contoh, Hati-hati itu tawon: mungkin menyengat. Didasarkan pada logika bahwa tawon sebagai kelas memiliki sengatan sehingga setiap individu tawon akan memiliki alat penyengat.Kesimpulan ini membebaskan dalam bahwa kita tidak perlu memeriksa setiap tawon kita pernah bertemu untuk memastikan apa hal itu mungkin karena karakteristik.Karena validitas penalaran deduktif, kita dapat membuat asumsi yang bersifat berguna dan efisien.
Salah satu yang paling umum dan bentuk berguna penalaran deduktif adalah silogisme.Silogisme adalah suatu bentuk spesifik dari argumen yang memiliki tiga langkah mudah.
1. Setiap X memiliki karakteristik Y.
2. Hal ini X.
3. Oleh karena itu, hal ini memiliki karakteristik Y.
Mari kita lihat apa yang setiap langkah dalam proses penalaran deduktif berarti.
1. Langkah pertama yang pasti nama properti dari X, apa pun X adalah.
Contoh:
Setiap segitiga memiliki tiga sisi.
Katak adalah amfibi.
Standar pertandingan bisbol liga utama memiliki 9 babak.
2. Langkah kedua menyatakan bahwa barang tertentu / orang cocok ke dalam kategori yang telah disusun.
Contoh:
Angka aku menggambar adalah sebuah segitiga.
The coqui adalah asli katak Puerto Riko.
Itu adalah standar ballgame liga utama.
3. Langkah ketiga berlaku penalaran deduktif, menghubungkan kebenaran umum dinyatakan dalam langkah 1 untuk kasus khusus yang disebutkan dalam langkah kedua.
Contoh:
Segitiga ini aku menggambar memiliki tiga sisi.
The coqui adalah amfibi.
Bahwa ballgame telah 9 babak.
Jenis penalaran deduksi yang menarik kesimpulan secara tidak langsung yaitu:
a. Silogisme Kategorial : Silogisme yang terjadi dari tiga proposisi.
Premis umum : Premis Mayor (My)
Premis khusus :Premis Minor (Mn)
Premis simpulan : Premis Kesimpulan (K)
Dalam simpulan terdapat subjek dan predikat. Subjek simpulan disebut term mayor, dan predikat simpulan disebut term minor.
Aturan umum dalam silogisme kategorial sebagai berikut:
1) Silogisme harus terdiri atas tiga term yaitu : term mayor, term minor, term penengah.
2) Silogisme terdiri atas tiga proposisi yaitu premis mayor, premis minor, dan kesimpulan.
3) Dua premis yang negatif tidak dapat menghasilkan simpulan.
4) Bila salah satu premisnya negatif, simpulan pasti negatif.
5) Dari premis yang positif, akan dihasilkan simpulan yang positif.
6) Dari dua premis yang khusus tidak dapat ditarik satu simpulan.
7) Bila premisnya khusus, simpulan akan bersifat khusus.
8) Dari premis mayor khusus dan premis minor negatif tidak dapat ditarik satu simpulan.
Contoh :
Ø My : Semua mahasiswa adalah lulusan SLTA
Mn : Bayu adalah mahasiswa
K : Bayu lulusan SLTA
Ø My : Tidak ada manusia yang kekal
Mn : Socrates adalah manusia
K : Socrates tidak kekal
Ø My : Semua mahasiswa memiliki ijazah SLTA.
Mn : Aris tidak memiliki ijazah SLTA
K : Aris bukan mahasiswa
b. Silogisme Hipotesis: Silogisme yang terdiri atas premis mayor yang
berproposisi konditional hipotesis.
Konditional hipotesis yaitu : bila premis minornya membenarkan anteseden, simpulannya membenarkan konsekuen. Bila minornya menolak anteseden, simpulannya juga menolak konsekuen.
Contoh :
o My : Jika tidak ada air, manusia akan kehausan.
Mn : Air tidak ada.
K : Jadi, Manusia akan kehausan.
o My : Jika tidak ada udara, makhluk hidup akan mati.
Mn : Makhluk hidup itu mati.
K : Makhluk hidup itu tidak mendapat udara.
c. Silogisme Alternatif : Silogisme yang terdiri atas premis mayor
berupa proposisi alternative
Proposisi alternatif yaitu bila premis minornya membenarkan salah satu alternatifnya. Simpulannya akan menolak alternatif yang lain.
Contoh :
o My : Nenek Sumi berada di Bandung atau Bogor .
Mn : Nenek Sumi berada di Bandung .
K : Jadi, Nenek Sumi tidak berada di Bogor .
o My : Nenek Sumi berada di Bandung atau Bogor .
Mn : Nenek Sumi tidak berada di Bogor .
K : Jadi, Nenek Sumi berada di Bandung .
d. Entimen : Silogisme ini jarang ditemukan dalam kehidupan sehari- hari, baik dalam tulisan maupun lisan. Yang dikemukakan hanya premis minor dan simpulan.
Contoh :
1) Dia menerima hadiah pertama karena dia telah menang dalam sayembara itu.
2) Anda telah memenangkan sayembara ini, karena itu Anda berhak menerima hadiahnya.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar